Yogyakarta, Guna mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, Pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Kemenko Polkam) dan Wellbeing Institute menyelenggarakan kegiatan Edukasi dan Supervisi Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekusor Narkotika bagi Pelajar di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kegiatan ini menjadi bagian dari pilot project pengembangan Indeks Pencegahan dan Pengendalian Narkoba Generasi Muda (IP2N GM) ini secara resmi dibuka oleh Direktur Ketahanan Ekonomi, Sosial, dan Budaya yang diwakili oleh Asisten Deputi Koordinasi Penanganan Kejahatan Transnasional dan Kejahatan Luar Biasa, Brigjen Pol. Adhi Satya Perkasa dan dihadiri perwakilan Kesbangpol DIY, kepala sekolah, serta puluhan perwakilan OSIS tingkat SMA se-DIY.
Dalam arahannya, pemerintah menegaskan pentingnya keterlibatan sekolah, kepala sekolah, hingga pengurus OSIS untuk memperkuat gerakan pencegahan narkoba di kalangan generasi muda. “Generasi muda adalah aset menuju Indonesia Emas 2045. Namun, saat ini 3,6 juta jiwa penduduk Indonesia tercatat sebagai pengguna narkoba aktif, mayoritas dari usia produktif. Tanpa upaya bersama, masa depan bangsa bisa terancam,” tegas Asisten Deputi Koordinasi Penanganan Kejahatan Transnasional dan Luar Biasa, Brigjen Pol. Adhi Satya Perkasa, Yogyakarta, Kamis (2/10/2025).
Kegiatan Edukasi dan Supervisi Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekusor Narkotika bagi Pelajar yang dilaksanakan di Daerah Istimewa Yogyakarta menghadirkan pengalaman berharga bagi para siswa. Bagi mereka, acara ini bukan sekadar sosialisasi, melainkan ruang untuk menyampaikan aspirasi, keresahan, sekaligus gagasan nyata tentang cara pencegahan narkoba yang lebih dekat dengan dunia generasi muda.
Pilot project Indeks Pencegahan dan Pengendalian Narkoba Generasi Muda (IP2N GM) di Yogyakarta diharapkan menjadi langkah strategis dengan pendekatan berbasis data dan kolaboratif, guna menyelamatkan generasi muda dan mewujudkan Indonesia Emas 2045. Keterlibatan siswa dan kepala sekolah merupakan kunci penting dalam membangun gerakan pencegahan narkoba yang relevan, kreatif, dan berkelanjutan. Generasi muda tidak hanya ingin menjadi objek sosialisasi, tetapi juga subjek perubahan yang diberi ruang untuk beraksi, berinovasi, dan diapresiasi.
"Dengan dukungan regulasi yang jelas, validitas data yang terjamin, serta kolaborasi sekolah–pemerintah–masyarakat, diharapkan IP2N-GM dapat menjadi landasan kebijakan berbasis bukti yang efektif untuk melindungi generasi penerus bangsa dari ancaman narkoba," ungkap Brigjen Pol Adhi Satya.
Ketua OSIS SMAN 1 Yogyakarta, misalnya, menekankan bahwa program pemerintah perlu lebih relevan dengan gaya komunikasi Gen Z. “Sering kali sosialisasi hanya sebatas acara formal dan tidak sampai kepada isi yang bisa kami resapi. Kami berharap program yang dibuat pemerintah pusat/daerah tidak hanya memberi hukuman, tetapi juga memberikan apresiasi atau achievement bagi siswa yang berprestasi dalam gerakan pencegahan narkoba,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan perwakilan SMA Piri 1 Yogyakarta, yang menilai kegiatan perlu lebih menarik agar mampu menyedot antusiasme pelajar. “Kalau hanya berupa ceramah formal, teman-teman sering tidak menyerap dengan baik. Harus ada cara yang lebih kreatif dan menyenangkan,” katanya. Dari sisi pengalaman langsung, siswi MAN 1 Yogyakarta berbagi cerita tentang kunjungan ke pusat rehabilitasi. “Dengan melihat langsung perjuangan penyalahguna narkoba di tempat rehabilitasi, kami jadi lebih sadar betapa besar dampaknya. Program semacam ini bisa membuat siswa lebih peka dan peduli,” tuturnya.
Tidak hanya siswa, kepala sekolah juga memberikan pandangannya. Salah satu perwakilan kepala sekolah menyebut program ini sudah berada di jalur yang tepat, tetapi perlu diperluas melalui forum pelajar. “Anak-anak Forum Komunikasi Pengurus OSIS (FKPO) atau satgas di setiap sekolah juga bisa ikut dilibatkan lebih aktif. Ketika Pemerintah berkolaborasi dengan mereka maka bahasa mereka akan lebih nyambung dengan siswa lainnya, sehingga pesan pencegahan lebih mudah diterima,” ucapnya.
(Red)